Kancah Kuliner Tradisional Indonesia

Gerakan yang Didorong oleh Konsumen, Produsen, dan Kembali ke Makanan Sejati

Wawancara dengan Chris Hayashi dari PT. Pasti Enak Bali

Kancah makanan artisanal Indonesia berada di persimpangan jalan, dan hanya sedikit orang yang melihat taruhannya sejelas pendiri PT. Pasti Enak. Meskipun pewarna buatan, perasa, dan jalan pintas ultra-olahan telah menjadi hal yang biasa, ia berpendapat bahwa negara ini berisiko kehilangan sesuatu yang jauh lebih penting daripada nostalgia: hubungannya dengan bagaimana seharusnya makanan asli terlihat, berbau, dan terasa.

Ia menjelaskan kekhawatiran ini melalui contoh sederhana. “Saat ini, orang-orang kehilangan rasa realitas mereka,” katanya. “Jika pai stroberi berwarna merah terang dan berbau seperti parfum dari seberang ruangan, itu bukan alami — itu kimia.” Menurutnya, pai stroberi alami lebih gelap, aromanya lebih lembut, dan jujur. Prinsip yang sama berlaku untuk saus pedas, keju, dan bahkan sup ayam. Setelah bertahun-tahun terpapar versi buatan, banyak konsumen tidak lagi mengenali yang asli.

Menurutnya, kesenjangan ini adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para produsen artisanal di Indonesia. Akibatnya, makanan yang dibuat secara alami—yang kaya rasa, halus, dan berfokus pada bahan-bahan—dapat terasa asing. Ia sering mendengar pertanyaan seperti, “Mengapa keju Anda tidak berwarna kuning?” atau “Mengapa rasanya tidak seperti susu?” Padahal, susu secara alami berwarna putih, dan keju yang terbuat dari susu asli, garam, dan kultur bakteri mencerminkan hal itu. Sementara itu, keju berwarna kuning cerah biasanya menandakan adanya tambahan pewarna dan perasa.

Alih-alih menyalahkan konsumen, ia mengajak mereka untuk ikut serta dalam solusi.

Peran Konsumen: Rasa Ingin Tahu, Keberanian, dan Kemauan untuk Mendukung Makanan Kerajinan Berkualitas

Ia menekankan bahwa kualitas memiliki harga. “Bahan-bahan yang lebih baik, waktu produksi yang lebih lama, penanganan yang tepat, pengujian laboratorium, perizinan, dan layanan pelanggan profesional — semua hal ini tidak gratis,” katanya. Akibatnya, produsen tidak dapat bersaing dengan makanan ultra-olahan dalam hal harga, dan mereka seharusnya tidak mencoba untuk melakukannya.

Dari sudut pandangnya, konsumen Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk budaya makanan negara ini. Pertama-tama, mereka harus melepaskan anggapan bahwa barang impor selalu lebih baik. Selain itu, mereka perlu menyadari bahwa banyak produsen Indonesia sudah menggunakan bahan-bahan kelas dunia dan metode tradisional dengan sungguh-sungguh.

Ia menambahkan bahwa para produsen ini membutuhkan dukungan — tidak hanya dalam hal penjualan, tetapi juga dalam hal kelonggaran finansial yang dibutuhkan untuk terus meningkatkan kualitas produk mereka. Ketika konsumen memilih produk-produk ini, mereka berinvestasi dalam ketahanan pangan, dalam perekonomian lokal, dan dalam masa depan yang lebih stabil dan lezat.

Peran Produser: Disiplin, Integritas, dan Standar yang Lebih Tinggi

Jika konsumen memiliki tanggung jawab, produsen memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi. Ia percaya bahwa produsen Indonesia harus menuntut lebih banyak dari diri mereka sendiri. “Anda tidak bisa mengharapkan masyarakat untuk memilih produk Anda daripada produk impor jika Anda tidak memberikan cita rasa, kualitas, penanganan yang tepat, dan layanan pelanggan yang sesungguhnya seperti produk impor,” katanya.

Selain itu, ia blak-blakan tentang perubahan pola pikir yang dibutuhkan. Para produsen harus melampaui gagasan bahwa "cukup baik" dapat diterima hanya karena produknya lokal. Ia berpendapat bahwa jika satu-satunya tujuan produsen adalah menghasilkan uang — tanpa berkontribusi pada kancah makanan artisanal negara, ketahanan pangan, atau kesehatan dan kenikmatan masyarakat — maka mereka tidak seharusnya mengharapkan loyalitas.

Pada akhirnya, ia percaya bahwa para produsen harus mengambil langkah pertama. Mereka harus belajar lebih banyak, meningkatkan diri lebih banyak, berinovasi, dan membuat sesuatu yang mereka banggakan. Hanya dengan demikian konsumen akan merasa ingin mendukung produk lokal.

Di mana PT. Pasti Enak Berada dalam Perannya

PT. Pasti Enak berada di posisi unik, menjembatani produsen kecil, klien perhotelan premium, dan komunitas konsumen yang terus berkembang dan haus akan keaslian. Ia menjelaskan bahwa perusahaan memimpin dengan memberi contoh. “Kami tidak mengambil jalan pintas. Kami menggunakan bahan-bahan terbaik yang dapat kami temukan — dan Indonesia memiliki bahan baku yang luar biasa. Kami fokus pada kualitas, kami mendengarkan pelanggan kami, dan kami bekerja sama dengan mereka. Begitulah perubahan terjadi.”

Alih-alih mengandalkan promosi diri, ia percaya pada demonstrasi apa yang mungkin dilakukan. Menurutnya, perusahaan tidak perlu memuji diri sendiri; perusahaan hanya perlu menunjukkan apa yang dapat dihasilkan ketika Anda mendedikasikan diri untuk melakukan sesuatu dengan benar.

Sebuah Pesan untuk Indonesia

Saat percakapan hampir berakhir, ia menyampaikan dua pesan — satu untuk konsumen dan satu untuk produsen — yang merangkum inti dari misinya.

Kepada konsumen, dia berkata:
“Jangan hanya melihat harga dan berpikir, 'Dengan harga segitu, sebaiknya saya beli barang impor, harganya cuma sedikit lebih mahal.' Mungkin sebenarnya tidak demikian. Lihatlah lebih dalam.‘

Kepada para produser, ia memberikan sebuah tantangan:
“Berusahalah mencapai kesempurnaan. Lakukan yang lebih baik. Berhenti menerima gagasan lama bahwa 'ini Indonesia, cukup itu sudah cukup.' Jadikan itu HEBAT. Buatlah sesuatu yang Anda banggakan.‘

Makanan Premium

Bahasa Indonesia